Muktamar Pemuda
Persis yang diadakan di Ciganitri selama tiga hari menyisakan berbagai suntikan
semangat baru. Salah satunya dari Ketua Umum PP Persis, al-Ustadz Aceng Zakaria
yang memberikan sambutan sekaligus membuka muktamar XII Pemuda Persis.
Dalam
sambutannya, beliau menjabarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh para pemuda
Kahfi seperti yang terkandung dalam QS
al-Kahfi ayat 10-19.
Pertama, para pemuda kahfi merupakan sosok yang memiliki prinsip dan
keteguhan. Keteguhan terhadap petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada mereka,
dan sanggup menanggung resiko apa pun
demi prinsip yang mereka pegang.
Kedua, pemuda Kahfi
memilki sifat lurus serta dewasa (rasyada)
dalam hal keyakinan kepada Allah. Dengan sifat lurus dan dewasa inilah mereka
rela meninggalkan segalanya dan mengasingkan diri di tempat yang tidak mereka
kenal.
Ketiga, memiliki
kekuatan keyakinan dan akidah (komitmen). Bekal kekuatan keyakinan dan akidah
itulah yang menyebabkan mereka dicintai oleh Allah dan dilindungi oleh Allah.
Keempat, selektif
dalam makan dan minum (azkaa tha’aaman).
Pemuda Kahfi
selalu menjaga agar yang masuk ke dalam tubuhnya hanyalah makanan yang suci.
Suci berarti bersih baik sifat maupun zatnya. Menghindari makanan dan minuman
yang haram merupakan syarat mutlak bagi sifat-sifat orang beriman.
Selain
memaparkan sifat pemuda Kahfi, al-Ustadz
Aceng juga memaparkan harapannya kedepan. Beliau mengharapkan agar pemuda
Persis memiliki tiga sifat: keberanian, keilmuan, dan ta’asyi. Keberanian
seperti sosok Ali bin Abi Thalib yang semenjak usia tujuh tahun menerima Islam
tanpa “peduli” dengan izin dari ayahnya. Bagi Ali, saat Allah menciptakan Ali,
tidak perlu izin kepada Abu Thalib yang merupakan ayah Ali. Lalu kenapa Saat Ali
hendak menyembah Allah yang Esa harus meminta izin ayahnya? Sebuah pemikiran
yang cerdas dan berani mengambil resiko.
Selain itu,
Pemuda Persis haruslah memiliki Keilmuan, pakar dalam tafsir dan agama seperti
ibnu Abbas yang semenjak 14 atau 15 tahun telah menjadi pakar tafsir. Hal ini
selain berkat doa nabi, juga kesungguhan ibnu Abbas dalam memahami kebutuhan
Nabi saat menyiapkan air untuk Nabi berwudhu. Selain paham akan ilmu, beliau
juga pribadi yang mengamalkan ilmunya, terbukti semenjak usia enam tahun beliau
telah meneladani rosul dalam hal melakukan salat malam.
Terakhir,
Pemuda Persis juga mesti memiliki sifat ta’asyi.
Sebuah sifat yang dimiliki oleh ibnu Umar dalam hal kecintaan dalam
meneladani nabi. Tidak pernah ada satu tempat pun
yang dilewati oleh ibnu Umar yang padanya rasul pernah salat atau beristirahat
di sana, kecuali ibnu Umar akan beristirahat dan salat di sana.
0 komentar:
Posting Komentar